Selasa, 15 Desember 2009

anjing super???????????

Kalau binatang punya Facebook, kira-kira statusnya apa aja ya? Berikut beberapa yang sudah ditemukan. Tapi nggak tau apa mereka bener binatang.

Anjing Pudel : Nunggu mo ke salon neh

Kecoak : Baru aja selamat dari injekan maut, yeah!

Sapi : Aku diraba-rabi lagi oleh majikanku

Kucing : Anak gue yang ke- 5 barusan nanya siapa bapaknya. Gue bingung mau jawab apa. Gue sendiri lupa bapaknya siapa?

Nyamuk: Ane positif HIV AIDS boooo

Ayam : Teman-teman...kalo besok gw ga update... berarti gw udah di goreng... i luv u all...

Cumi-cumi: Abis isi ulang tinta nich.

Babi: Gw difitnah nyebarin flu. Sialan!!

Kambing : Selamat lebaran haji kemarin ndak disembelih

nonton tinju,,,,,

Kalau binatang punya Facebook, kira-kira statusnya apa aja ya? Berikut beberapa yang sudah ditemukan. Tapi nggak tau apa mereka bener binatang.

Anjing Pudel : Nunggu mo ke salon neh

Kecoak : Baru aja selamat dari injekan maut, yeah!

Sapi : Aku diraba-rabi lagi oleh majikanku

Kucing : Anak gue yang ke- 5 barusan nanya siapa bapaknya. Gue bingung mau jawab apa. Gue sendiri lupa bapaknya siapa?

Nyamuk: Ane positif HIV AIDS boooo

Ayam : Teman-teman...kalo besok gw ga update... berarti gw udah di goreng... i luv u all...

Cumi-cumi: Abis isi ulang tinta nich.

Babi: Gw difitnah nyebarin flu. Sialan!!

Kambing : Selamat lebaran haji kemarin ndak disembelih

jika hewan punya facebook

Kalau binatang punya Facebook, kira-kira statusnya apa aja ya? Berikut beberapa yang sudah ditemukan. Tapi nggak tau apa mereka bener binatang.

Anjing Pudel : Nunggu mo ke salon neh

Kecoak : Baru aja selamat dari injekan maut, yeah!

Sapi : Aku diraba-rabi lagi oleh majikanku

Kucing : Anak gue yang ke- 5 barusan nanya siapa bapaknya. Gue bingung mau jawab apa. Gue sendiri lupa bapaknya siapa?

Nyamuk: Ane positif HIV AIDS boooo

Ayam : Teman-teman...kalo besok gw ga update... berarti gw udah di goreng... i luv u all...

Cumi-cumi: Abis isi ulang tinta nich.

Babi: Gw difitnah nyebarin flu. Sialan!!

Kambing : Selamat lebaran haji kemarin ndak disembelih

yugi oh

Kisah Duel Monster, dimulai dari Legend of Blue Eyes White Dragon, yaitu seorang anak muda yang datang berkunjung ke toko Yugi, di dalam toko itu dia melihat sebuah kartu yang sangat Langka, diceritakan hanya ada 3 di dunia, yaitu BLUE EYES WHITE DRAGON yang dimiliki oleh kakek Yugi. Si pemuda ini berniat membeli kartu ini namun ditolak, keesokan harinya Yugi yang kagum akan kehebatan kartu ini diam diam membawa kartu kakeknya ke sekolah, Seto Kaiba yang mengetahui hal itu diam diam menukar dengan kartu palsu namun diketahui oleh Yugi.

Dendam akan penghinaan ini, Seto Kaiba kemudian membuat sebuah Duel Arena dan memaksa kakek Yugi untuk bertarung, dan Ia berhasil memenangkan pertarungan ini dengan 3 buah kartu Blue Eyes White Dragon yang didapatkan dengan kekuasaannya sebagai pemimpin KAIBA Corp, lalu dengan kejamnya dia merobek kartu Blue Eyes White Dragon milik kakek Yugi sehingga hanya Kaiba yang memiliki kartu Blue Eyes White Dragon di dunia.

Yugi kemudian balas dendam bertarung, namum sebelumnya ia diberi sebuah deck yang misterius dari kakeknya, yang pada akhirnya mampu mengalahkan 3 Blue Eyes White Dragon, sekaligus Seto Kaiba, yang telah disummon di dalam arena hanya dengan 1 serangan dari Exodia.

[sunting] Duelist Kingdom

Duelist Kingdom, yaitu sebuah pulau untuk berduel, Yugi dan Yami Yugi bertarung dengan para duelist untuk menyelamatkan roh kakeknya yang dikurung didalam televisi

Raja terakhir adalah Pegasus yang memiliki Millenium Eyes yang mampu melihat pikiran lawan duelnya sehingga selalu menang dalam pertarungan

Pada masa ini, selain Duel arena yang diciptakan oleh Pegasus, Seto Kaiba juga telah menciptakan duel disk generasi I yang memungkinkan untuk bertarung di mana saja.

[sunting] Battle City

Pertarungan dalam Domino City yang memperebutkan gelar raja (“King’s Title”) sekaligus 3 kartu dewa. Dalam kisah ini juga diceritakan tentang asal-usul 7 millenium item yang merupakan kunci dari ingatan Pharaoh yang hilang.

Turnamen ini diselenggarakan oleh Kaiba Corp, namum Seto Kaiba sendiri ikut bermain dengan adil sebagai duelist, ia bersama-sama dengan duelist lainnya saling bertarung untuk mendapatkan peta menuju area semi-final.

Pada masa ini duel disk generasi I tidak lagi digunakan, tetapi telah disempurnakan oleh Seto Kaiba sehingga lahirlah Duel Disk Generasi ke II yang lebih mudah digunakan (tidak lagi dilempar seperti generasi pertama).

Pertarungan yang berlangsung dimulai dari babak penyisihan di mana para duelist bertanding untuk mendapatkan “rare card” dan “puzzle card” dari duelist lainnya. Rare card adalah kartu langka yang memiliki level tinggi, Red Eyes Black Dragon milik Jounouchi dan Insect Queen milik Haga adalah beberapa di antaranya. Tentu saja kartu dewa juga ikut diperebutkan. Sedangkan puzzel card adalah kartu transparan yang terdapat sekeping kepingan puzzle di dalamnya dan merupakan kartu buatan Kaiba corp. yang diserahkan masing-masing satu buah kepada duelist yang ikut, dan untuk maju ke babak selanjutnya duelist membutuhkan enam puzzel card.

Babak selanjutnya didikuti oleh delapan duelist. Babak ini dilangsungkan bukan lagi di Domino City melainkan di Zeppelin milik Kaiba. Delapan orang yang berhasil lolos adalah Yugi Mutou, Jounouchi, Kaiba, Malik Ishtar (Nam), Rishid (menyamar menjadi Malik), Isis Ishtar, Mai Kujaku, Ryo Bakura.

Giliran duel ditentukan secara acak. Duel pertama antara Yugi Mutou dan Ryo Bakura berlangsung dengan campur tangan Yami Bakura dan berakhir dengan kemenangan Yugi. Duel kedua membawa Jounouchi ke babak semifinal setelah mengalahkan Rishid. Dalam duel ini Rishid menggunakan kartu dewa Ra yang palsu dan berujung pada pingsannya Rishid di akhir duel. Duel selanjutnya antara Mai Kujaku dan Malik. Di sini muncul kepribadian gelap Malik dan berlangsung game kegelapan. Mai kalah dan tidak sadarkan diri akibat game kegelapan itu. Duel keempat dimenangkan oleh Kaiba. Kaiba melihat flashback masa lalunya sebagai pendeta bersama gadis pemilik Naga Putih (Kisara).

Babak semifinal menyajikan pertandingan Jounouchi-Malik dan Yugi-Kaiba. Malik mengalahkan Jounochi dan menyebabkan Jounochi koma seperti Mai, sedangkan duel Yugi merupakan duel yang sudah ditakdirkan sejak 3000 tahun yang lalu. Berakhir dengan kemenangan Yugi.
kartu langka;
* The God/Divine Cards(kartu dewa)
* ceremonyofthegodsphpxk5
* Sky God Dragon – Osiris (juga dikenal dengan nama Slifer The Sky Dragon)
* SlifertheSkyDragonYMA-EN-ScR-LE
* Obelisk The Tormentor
* g4-002-f
* The Winged Dragon of Ra
* 2812971590102022270kFzbhn_ph
* The Creator God of Light, Horakhty
* god
* The Devils Dread Roots(Yu-Gi-Oh!R)
* 68190yo5
* The Devils Avatar(Yu-Gi-Oh!R)
* Armitael,PhantasmofChaosLE10-JP-UR
* The Devils Eraser(Yu-Gi-Oh!R)

Sabtu, 21 November 2009

''asal-usul danau toba''

Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.



Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini”. Beberapa saat setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.



Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan aku hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.



“Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu ini? Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri”, kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.



Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.



Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.



Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana makanan buat ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawab si anak. Dengan nada tinggi petani itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.



Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.

diceritakan kembali oleh hengki,,,,,,,,,,,,,,,,

"komputer generasi pertama"

Awal mulanya komputer pada generasi pertama ini adalah saat terjadi perang dunia kedua, negara-negara yang ikut terlibat dalam perang dunia itu berusaha mengembangkan komputer untuk memaksimalkan kemampuan dalam mengatur strategis yang dimiliki oleh komputer. Hal ini mempengaruhi peningkatan pendanaan pengembangan komputer juga ikut serta mempercepat pertumbuhan kemajuan teknik komputer. Tahun 1941, seorang insinyur Jerman bernama Konrad Zuse membangun sebuah komputer, Z3, untuk mendisain pesawat terbang dan juga peluru kendali.

Di tempat lain ada Pihak sekutu juga yang juga membuat kemajuan lain dalam pengembangan kemampuan komputer. Pada tahun 1943, pihak Inggris berhasil menyelesaikan sebuah komputer pemecah kode rahasia yang diberi namakan Colossus yang berfungsi untuk memecahkan kode rahasia yang digunakan oleh negara Jerman. Efek dari pembuatan Colossus sebenarnya tidak banyak mempengaruhi perkembangan industri komputer, hal itu bisa terjadi karena ada dua alasan yaitu ; yang pertama, colossus adalah bukan komputer serbaguna dalam bahasa inggrisnya “general purpose computer”, ia dibuat hanya agar bisa memecahkan kode rahasia. Yang kedua, keberadaan mesin ini dijaga kerahasiaannya hingga satu dekade setelah perang selesai.

Sedangkan usaha yang dilakukan oleh pihak Amerika pada saat itu adalah menghasilkan suatu kemajuan lain jika dibandingkan dengan sekutu. Seorang insinyur Harvard yang bernama Howard H. Aiken (1900-1973) bekerja sama dengan IBM, berhasil menghasilkan kalkulator elektronik untuk US Navy. Kalkulator itu berukuran sangat besar, yaitu dengan panjang setengah lapangan sepak bola dan juga memiliki rentang kabel sepanjang 500 mil (besar sekali bukan). Komputer itu adalah ; The Harvd-IBM Automatic Sequence Controlled Calculator, atau Mark I, merupakan komputer relai elektronik. Mark I menggunakan sinyal elektromagnetik untuk menggerakkan komponen mekanik. Mark I beropreasi dengan lambat, ia memerlukan waktu 3-5 detik untuk setiap perhitungan dan tidak fleksibel yaitu urutan kalkulasinya tidak dapat diubah. Mark I tersebut dapat melakukan perhitungan aritmatik dasar dan persamaan yang lebih kompleks.

BTW, kalau berminat ingin belajar bikin web, coba metode 4 langkah mudah belajar membuat website ini.
Nah, mari kita lanjutkan lagi...

Perkembangan komputer lain pada masa itu adalah Electronic Numerical Integrator and Computer singkatannya adalah ENIAC, yang diciptakan berkat kerjasama antara pemerintah Amerika Serikat dan University of Pennsylvania. Komputer ENIAC terdiri dari 18.000 tabung vakum, 70.000 resistor, dan 5 juta titik solder, komputer ENIAC merupakan komputer yang sangat besar ia membutuhkan daya sebesar 160kW.

Komputer ENIAC dirancang oleh John Presper Eckert [1919-1995] dan John W. Mauchly [1907-1980], ENIAC merupakan komputer serbaguna [general purpose computer] yang mampu bekerja 1000 kali lebih cepat jika dibandingkan dengan komputer Mark I.

kemudian ada pertengahan tahun 1940-an, John von Neumann [1903-1957] bergabung dengan tim University of Pennsylvania dalam usaha menciptakan konsep disain komputer yang sampai 40 tahun yang akan datang masih dapat digunakan dalam teknik komputer. Von Neumann mendesain Electronic Discrete Variable Automatic Computer [EDVAC] pada tahun 1945 dengan sebuah memori untuk menampung baik program ataupun data. Cara ini memungkinkan komputer dapat berhenti pada suatu saat dan kemudian melanjutkan pekerjaannya lagi. Kunci utama arsitektur von Neumann adalah unit pemrosesan sentral (CPU), yang memungkinkan seluruh fungsi komputer untuk dikoordinasikan melalui satu sumber tunggal. Pada tahun 1951, UNIVAC I atau kepanjangannya adalah Universal Automatic Computer I yang dibuat oleh Remington Rand, menjadi komputer komersial pertama yang memanfaatkan model arsitektur von Neumann itu.

Badan Sensus Amerika Serikat dan General Electric memiliki UNIVAC. Salah satu hasil yang sangat mengesankan yang dicapai oleh UNIVAC adalah pada saat berhasil memprediksi kemenangan Dwilight D. Eisenhower dalam pemilihan presiden pada Tahun 1952.

Komputer Generasi pertama ini dapat dikarakteristikan dengan fakta bahwa instruksi operasi dibuat secara spesifik untuk tugas tertentu. Setiap komputer memiliki program kode-biner yang berbeda yang disebut dengan “bahasa mesin” dalam bahasa inggrisnya adalah “machine language”. Hal ini menjadikan komputer sulit untuk diprogram dan membatasi kecepatannya. Ciri lain komputer generasi pertama adalah pemakaian tube vakum (yang menjadikan komputer pada masa itu tampak berukuran sangat besar) dan silinder magnetik yang berfungi untuk sebagai penyimpan data.

"simpang ajal"

Cerpen Satmoko Budi Santoso

SELESAI sudah tugas Montenero. Karenanya, kini ia tinggal bunuh diri. Bunuh diri! Itu saja. Betapa tidak! Ia telah membunuh tiga orang itu sekaligus. Ya, tiga orang. Santa, orang yang dengan serta-merta memenggal kepala bapaknya ketika bapaknya menolak menandatangani selembar kertas yang berisi surat perjanjian untuk terikat dengan sebuah partai. Lantas Denta, yang ketika pembunuhan itu terjadi berusaha membungkam mulut bapaknya agar tidak berteriak, serta Martineau yang mengikatkan tali pada tubuh bapaknya agar bapaknya tak bergerak sedikit pun menjelang kematiannya. Karena itu, sekarang, Montenero sendiri tinggal bunuh diri!

"Selamat malam, Montenero. Sebaiknya kamu kubur dulu ketiga mayat itu baik-baik! Setelah itu, terserah!" ucap batin Montenero, meronta.

"Ya, kubur dulu! Lantas, selamat tinggal!" sisi kedirian batin Montenero yang lain menimpali.

Sesungguhnya Montenero memang tidak perlu menjumput beragam kebijaksanaan untuk sesegera mungkin mengubur mayat-mayat itu. Toh memang, tugas pembantaiannya telah usai. Dan dengan sendirinya, dendam yang bersemayam di dalam dirinya lunas terbalaskan.

"Tetapi, semestinya engkau mempunyai cukup rasa kemanusiaan untuk tidak membiarkan mayat-mayat itu menggeletak begitu saja karena kau bunuh! Kasihan tubuh mereka menggeletak! Semestinya jika dengan cepat mereka menjadi makanan belatung-belatung menggiriskan di dalam tanah. Bukan menjadi makanan empuk bagi lalat-lalat hijau!" Belati, yang telah menikam dada Santa, Denta, dan Martineau masing-masing sebanyak enam kali, yang sepertinya sangat tahu berontak batin Montenero, ikut angkat bicara.

Montenero menghela napas. Menggeliat.
"Ah, benar. Sudah semestinya. Sekarang, engkau harus bisa membebaskan pikiranmu dari angan-angan tentang balas dendam. Ingat, ketiga mayat itu telah menjadi seonggok daging yang tak berarti. Harus dikubur! Engkau harus mengubah pola pikir yang begitu konyol itu, Montenero," cecar sebilah Pedang, yang rencananya ia gunakan juga untuk membunuh, tetapi Santa, Denta, dan Martineau ternyata cukup memilih mati cuma dengan sebilah Belati.

"Oh ya. Ya. Aku ingat lagi sekarang. Engkau harus mempersiapkan banyak keberanian agar kau menjadi tidak gagu dalam bersikap. Jangan seperti ketika kau akan membunuh! Kau hunjamkan diriku ke dada ketiga mayat itu dengan gemetar. Sekarang, untuk menguburkan ketiga mayat itu, tak perlu ada denyut ragu yang berujung gemetaran badan, desah napas memburu, suara terengah-engah, dan keringat dingin yang keluar berleleran. Semua itu harus diubah. Dengan segera!"

Montenero melirik jam tangan. Kurang tiga puluhan menit kokok ayam bakalan meletup kejut. Ia menghapus keringat dingin yang perlahan-lahan tapi pasti mulai membanjiri muka dan tangannya.

"Cepat lakukan! Keberanian telah datang dengan sendirinya. Lakukan!"
Angin pagi mendesir. Jam tangan terus berdetak. Montenero pucat. Lunglai. Apa yang dikatakan oleh Belati dan Pedang itu ada benarnya. Tak ada kebijaksanaan lain menjelang pagi hari itu kecuali penguburan. Tentu saja, penguburan dengan segala kelayakannya. Ada dupa, bunga, kain pembungkus mayat, dan pastilah keberanian. Untuk yang terakhir, soal keberanian itu memang sudah sedikit dimiliki Montenero. Tetapi, untuk dupa, bunga, dan juga sesobek kain pembungkus mayat? Atau, pikiran tentang sesobek kain pembungkus mayat sungguh tak diperlukan lagi?

"Ah, begitu banyak pertimbangan kau! Ambillah cangkul! Gali tanah yang cukup untuk mengubur ketiga mayat itu sekaligus. Cepat! Tunggu apa lagi, ha?! Ayo, berikan kelayakan kematian kepada Santa, Denta, dan Martineau. Setidaknya, agar ruh mereka bisa sedikit tertawa di alam baka sana. Cepat Montenero! Waktu tinggal sebentar! Masih ada tugas-tugas lain yang harus kau panggul untuk mencipta sejarah. Sejarah, Montenero! Jangan main-main! Cepat! Ayo, dong. Cepat!!!"

Montenero diam. Terpaku. Ia sebenarnya memang tidak perlu mempertimbangkan apa-apa lagi kecuali segera mengubur ketiga mayat itu serapi mungkin, agar paginya tidak sia-sia karena dikorek-korek anjing. Lantas, selesai! Sejarah baru tergores. Bapaknya yang mati sangat mengenaskan dengan kepala terpenggal dari tubuhnya, terbalas sudah. Meskipun kematian Santa, Denta, dan Martineau tidak sempurna seperti kematian bapaknya, tetapi setidaknya mati. Itu saja. Karena hanya sisa keberanian itulah yang dimilikinya. Kebetulan memang juga mati, bukan? Tuntaslah cerita ibunya yang selalu membekas dalam ingatan dan membuatnya selalu berpikir dan bersikap semirip orang sableng.

Montenero memutuskan mengambil cangkul. Belati dan Pedang tertawa. Membuat Montenero kembali gundah, berada dalam sangkar kebingungan. Keringat berleleran lagi dari sekujur tubuhnya. Tangannya kembali gemetar. Dengan berteriak sekeras mungkin, Montenero membanting cangkul yang sudah tergenggam kencang di tangannya. Berarti keberaniannya sedikit hilang, bukan? Bahkan barangkali hilang sama sekali? Belati dan Pedang kebingungan. Keduanya pucat pasi. Motivasi apa yang mesti disuntikkan untuk membangkitkan kesadaran keberanian Montenero menjelang matahari terbit?

"Aku tak mampu lagi melakukan apa-apa. Aku telah menuntaskan tugasku. Aku telah mencipta…. Uh…. Semestinya kau tak menghimpitku dengan hal-hal kecil yang justru akan menjebakku pada rasa bersalah semacam ini!" dengan suara penuh gemetar, seolah dicekam oleh ketakutan entah apa, Montenero angkat bicara.

"O…. Kau menganggapnya hal kecil, Montenero? Harusnya aku tadi menolak untuk kau gunakan membunuh jika kau menganggap penguburan adalah sebagai hal yang kecil, remeh. O…. aku bisa saja mogok untuk membunuh bila akhirnya kau malah bimbang sikap semacam ini! Kau tahu, Montenero. Aku bisa balik mengubah keberanianmu untuk membunuh. Aku bisa tiba-tiba saja menikam dadamu sendiri di depan Santa, Denta, dan Martineau. Bangsat! Anjing, kau!!!"

Montenero terpaku. Suasana di sekitar tempat pembantaian itu merayap senyap. Montenero berulang-kali blingsatan. Montenero terus-menerus mengusap keringat yang berleleran membasahi sekujur wajah. Dan detik terus saja berdetak. Sesekali ia garuk-garuk kepala sembari berjalan mondar-mandir. Belati dan Pedang cuma memandangi saja. Bisa jadi, Belati dan Pedang memang sudah kehabisan kata-kata untuk memotivasi Montenero. Sesekali dilihatnya mayat Santa yang terbujur kaku, Denta yang terkapar melingkar bagai ular, dan Martineau yang jika diperhatikan secara jeli ternyata malah tersenyum di puncak kenyerian kematiannya.

"Bagaimana, Montenero? Bagaimana? Aku masih sanggup membikin keberanian buatmu. Belum terlambat, dan tak akan pernah terlambat. Aku masih bersabar bersama Pedang."

"Bagaimana?" Montenero mengusik tanya kepada dirinya sendiri.
"Terserah!"
"Bagaimana, Belati?"
"Terserah! Bagaimana dengan kamu, Montenero? Masih sanggup kau mendengar kata-kataku? Ok. Engkau masih bisa bekerja dengan cepat menanam ketiga mayat itu baik-baik. Ambillah cangkul itu. Keduklah tanah segera. Kuburkan mereka senyaman mungkin. Ah, bulan yang sebentar lagi bakalan angslup itu juga pasti merestui dan memandangimu dengan rasa puas. Barangkali, ia bakalan memberi ucapan selamat kepadamu. Kenapa engkau mesti terjebak pada rasa ragu? Ayo, aku senantiasa berada di belakangmu!"

Aih, ayam telah berkokok bersahutan. Meskipun ayam baru berkokok, keadaan di sekitar tempat pembantaian itu sudah cerah. Udara meruapkan kesegaran. Montenero terlambat. Ia belumlah membuat perhitungan-perhitungan untuk bergegas menyuruh Belati agar mau menikamkan diri ke dada Montenero yang kini telah disesaki gebalau bingung, ketololan, amarah, dan entah apa lagi, juga entah ditujukan buat siapa lagi. Montenero betul-betul lunglai, lenyap keberanian, tercipta goresan sejarah yang entah baru entah tidak. ***

Jumat, 20 November 2009

"peradilan rakyat"

Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.

"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."

Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."

Pengacara tua itu meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.

"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."

Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang.

"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."

"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.

Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.

Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini."

Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.

"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."

"Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Bagaimana Anda tahu?"

Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."

Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."

Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
"Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
"Jadi langkahku sudah benar?"
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.

"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?"
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!"
"Lalu karena apa?"
Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"

"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.

"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."

"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."

"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."

"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."

Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
"Pujian."
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
"Betul!"

Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"

"Bukan! Kenapa mesti takut?!"
"Mereka tidak mengancam kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?"

"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?"
"Tidak."
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!"
"Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
Pengacara muda itu terdiam.
"Bagaimana kalau dia sampai menang?"
"Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan!"
"Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak menjawab.
"Berarti ya!"
"Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!"

Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.

"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok."
"Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."

"Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?"

"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.

Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional."

Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."

Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.

"Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional."
"Tapi..."

Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."

Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.

"Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai."

Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.

Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.

"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?" ***

cerpen ku "perselisihan jin muslim dan jin kristen"

Begitulah mereka selalu bermusuhan tidak pernah saling menghormati dan menghargai satu sama lain seperti air dan api tidak bisa bersatu. ya Jin Muslim dan Jin Kristen. walaupun berbeda Agama dan sering bertengkar tapi mereka termasuk jin yang cerdas, jin muslim sudah hafal Al-Quran dan selalu mengerjakkan solat wajib, bahkan tidak jarang dia mengerjakan yang sunnah.Demikian dengan Jin Kristen setiap hari dia selalu membaca Alkitab dan rajin beribadah ke Gereja. mereka pun selalu mengingatkan manusia jika manusia lalai beribadah."Dasar Jin Kafir! Ngapain lo disini?""Ya suka-suka aku dong gak usah nge-gas!""gue neg ngeliat lo. gue mau main ke rumah manusia dari pada gue tambah neg!""Ye..ye..ye situ OK?""Kurang ngajar tuh jin muslim dah berani ngehina gue awas lo ya! Tunggu pembalasan Gue!" pikir jin Kristen dalam hati. terdapat ide jahat di kepalanya dia akan membalas sakit hatinya dengan dua kali lipat lebih jahat. ya dia akan mengumpulkan temannya untuk menghajar jin muslim bersama-sama!.saat pulang sekolah 5 orang Jin Kristen sudah siap menghajar Jin Muslim, namun nasip mereka sedikit malang ternyata Jin Muslim tidak sendirian dia bersama dua orang temannya."Ya dia bawa temen lagi" kata teman Jin Kristen yang berkulit merah"Santai saja kita khan 5 orang!"kata teman Jin Kristen yang berkulit putih."gak usah banyak ngomong sikat aja!" ajak jin Kristen"Ayo!"seru mereka semua. "Ciyaaaaaaaaat rasain lo!" seru jin Kristen"Aduh, Kurang ajar" setelah mengaduh dengan secepat kilat Jin Muslim membalas pukulan Jin Kristen. ditengah asyiknya pertengkaran mereka datanglah jin budha, jin hindu, dan jin konghutchu. mereka melerai mereka semua. "udah-udah stooooop kalian ini gimana masa mentang-mentang kita berbeda Agama kita musuhan kaya gini kita kan sama-sama jin harusnya kita..." kata-kata Jin Budha terputus."Berisik tahu!" jawab para Jin Muslim dan para Jin Kristen hampi r bersamaan"Sebentar setelah kalian mendengarku kami akan pergi begini aku, jin Hindu, dan Jin Budha bisa bersahabat apa kalian tidak malu kepada diri kalian sendiri? mentang-mentang berbeda agama bermusuhan ayo teman-teman kita pergi saja!" kata Jin Khonghutchu sambil meninggalkan mereka.mendengar ucapan jin khonghutchu mereka semua berhenti berkelahi dan saling berpandangan mereka saling tersenyum dan berpelukkan.

ngapo bangsa indonesia da da maju2????????

Salah satu penyebab bangsa Indonesia tidak maju” ,karena dari kecilnya anak” Indonesia telah di didik dengan lagu” yang tidak masuk akal ,contohnya gini ..

1. Balonku ada lima .... rupa-rupa warnanya... merah, kuning, kelabu.. merahmuda dan biru... meletus balon hijau, dorrrr!!!"
Perhatikan warna-warna kelima balon tersebut, kenapa tiba” muncul warna hijau .? Jadi jumlah balon sebenarnya ada 6, bukan 5 .!

2. "Aku seorang kapiten... mempunyai pedang panjang...kalo berjalan prok..prok.. prok... aku seorang kapiten!"
Perhatikan di bait pertama diacerita tentang pedangnya, tapi di bait kedua dia cerita tentang sepatunya (inkonsistensi) . Harusnya dia tetap konsisten, misal jika ingin cerita tentang sepatunya seharusnya dia bernyanyi : "mempunyai sepatu baja (bukan pedang panjang).. kalo berjalan prok..prok.. prok.. "nah, itu baru klop .! jika ingin cerita tentang pedangnya, harusnya dia bernyanyi : "mempunyai pedang panjang... kalo berjalan ndul..gondal. ...gandul. . atau srek..srek.. srek.." itu baru AGAK sesuai dengann kondisi pedangnya yang panjang!

3. "Bangun tidur ku terus mandi.. tidak lupa menggosok gigi.. habis mandiku tolong ibu.. membersihkan tempat tidurku.."
Perhatikan setelah habis mandi langsung membersihkan tempat tidur. Lagu ini membuat anak-anak tidak bisa terprogram secara baik dalam menyelesaikan tugasnya dan selalu terburu-buru. Sehabis mandi seharusnya si anak pakai baju dulu dan tidak langsung membersihkan tempat tidur dalam kondisi basah dan telanjang!

4. "Naik-naik ke puncak gunung.. tinggi.. tinggi sekali..kiri kanan kulihat saja.. banyak pohon cemara.. 2X"
Lagu ini dapat membuat anak kecil kehilangan konsentrasi, semangat dan motivasi! Pada awal lagu terkesan semangat akan mendaki gunung yang tinggi tetapi kemudian ternyata setelah melihat jalanan yg tajam mendaki lalu jadi bingung dan gak tau mau berbuat apa, bisanya cuma noleh ke kiri ke kanan aja, gak maju” .!

5. "Naik kereta api tut.. tut... tut. . siapa hendak turut ke Bandung .Surabaya.. bolehlah naik dengan percuma.. ayo kawanku lekas naik..keretaku tak berhenti lama" Nah , yg begini ini yg parah! Mengajarkan anak-anak kalo sudah dewasa maunya gratis melulu, kalimatnya sangat jelas yaitu ` boleh naik dengan PERCUMA ( dalam arti lain Gratis ) `. Pantesan PT.KAI rugi terus .! terutama jalur Jakarta-Bogor !

6. "Di pucuk pohon cempaka.. burung kutilang berbunyi.. bersiul2 sepanjang hari dg tak jemu2..mengangguk2 sambil bernyanyi tri li li...li..li. .li..li.."
Ini juga menyesatkan dan tidak mengajarkan kepada anak2 akan realita yang sebenarnya. Burung kutilang itu kalo nyanyi bunyinya cuit..cuit.. cuit ! kalo tri li li li li itu bunyi kalo yang nyanyi orang(catatan: acara lagu anak2 dgn presenter Agnes Monica waktu dia masihkecil adalah Tra la la trili li!), bukan burung!


7. "Pok ame ame.. belalang kupu2.. siang makan nasi, kalo malam minum susu.."
Ini jelas lagu orang dewasa dan bukan untuk konsumsi anak2! Karena yang disebutkan di atas itu adalah kegiatan orang dewasa, bukan anak kecil.Kalo anak kecil, karena belom boleh maem nasi, jadi .... gak pagi ... gakmalem ya minum susu!

8. "Nina bobo nina bobo oh nina bobo... kalau tidak bobo digigit nyamuk"
Menurut psikolog: selama sekian tahun anak” indonesia diajak tidur degan lagu yg penuh dengan nada mengancam,dapat di lihat dari kata” `Kalau tidak bobo DIGIGIT NYAMUK ..!!` malah ada yang lebih parah lagi ,setelah di kembangkan oleh anak” Indonesia dengan biadapnya mereka mengubah lirik akhir dari lagu ini menjadi ` Kalau tidak Bobo di Gigit Keboo `

9. "Bintang kecil dilangit yg biru..."
Bintang kan adanya malem, lah kalo malem emang warna langitnya biru ? yang bikin lagunya mabook ..


10. "Ibu kita Kartini...Harum namanya"
Namanya Kartini atau Harum ? ga jelas banget ..


11. "Pada hari minggu ku turut ayah ke kota ...naik delman istimewa kududuk di muka"
Nah, gak sopan kan..masa duduk di muka ?? dipangku atau digendong kek ! !

12. "Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam, menanam jagung dikebun kita..."
Kalo mau nanam jagung, ngapain nyangkul dalam-dalam, emang mau bikin sumur .?

13. cicak-cicak di dinding. diam diam merayap. datang seekor nyamuk. hap ... lalu ditangkap .
ditangkap.? emang pakai tangan??

14. dua mata saya. hidung saya satu. satu mulut saya. tidak berhenti makan
makanya rakus” makannya perekonomian Indonesia ga maju” ,orang”nya kebanyakan makan dari pada kerja ..



Hihi maap kalo ada yang salah ,

Minggu, 15 November 2009

drakula

Selama ini, banyak fitnah dan pemalsuan sejarah yang dilakukan musuh-musuh Islam terhadap kejayaan khilafah masa lalu. Kemilau peradaban yang ditebar Islam ke seluruh penjuru mata angin mereka kaburkan. Musuh-musuh Allah mereka buat seolah-olah idola seluruh dunia. Dan kali ini saya akan membawakan fakta sejarah tentang asal usul Drakula, Sang Pengkhianat..siapakah Drakula? Akan terungkap disini

Dibebaskannya Konstantinopel dari suramnya kegelapan jahiliyah oleh Islam sudah diramalkan Rasulullah, dan para sahabatpun berlomba mewujudkan ramalan Rasulullah tersebut..sampai-sampai Abu Ayyub Al Anshari pun menjemput syahidnya dalam pertempuran pembebasan Konstantinopel dan dimakamkan disana. Namun akhirnya cita-cita yang diidamkan para sahabat yang mulia itu diwujudkan oleh seorang pemuda berusia 23 tahun, Sultan Muhammad II hingga beliau mendapat gelar Al Fatih (Sang Penakluk) dan kemudian beliau tersohor dengan nama Muhammad Al Fatih…jembatan yang menghubungkan Asia dan Eropa akhirnya terwujud…Setelah membebaskan Konstantinopel, Sultan Muhammad II tidak berpuas dari dan meneruskan pembebasan Eropa dari masa kegelapan membawa cahaya Islam dan fokusnya adalah Eropa Timur, salah satunya adalah Wallachia.

Wallachia adalah sebuah kota tua yang sejak zaman Romawi kuno hingga perang salib menjadi rebutan karena letaknya memang strategis sebagai persinggahan menuju wilayah-wilayah di Eropa Timur. Selain strategis sebagai pangkalan militer, Wallachia juga subur sepanjang tahun karena dilewati oleh sungai Danube (sungai besar yang membelah Rumania dan Hungaria. Selama perang salib, kota ini diperebutkan oleh Kesultanan Ottoman Turki dan Kerajaan Hungaria. Pada masa pemerintahan Vlad II Wallachia memihak Kerajaan Hungaria namun setelah dilengserkan oleh Sigismund dan kemudian digantikan John Hunyadi, Vlad II memihak pada Kesultanan Ottoman dan merebut kekuasaan kembali dengan bantuan Kesultanan Ottoman. Dari sinilah sejarah Drakula bermula…

Untuk membalas budi pada Ottoman, Vlad II mengirimkan kedua anaknya; Randu dan Drakula ke Turki. Selama di Turki, kedua anak ini dididik secara Islam sesuai tradisi Turki. Selain belajar di madrasah, mereka juga belajar ketrampilan perang. Seiring bergulirnya waktu kedua anak ini tumbuh menjadi dua pribadi yang jauh bertolak belakang.. Randu tumbuh menjadi seseorang yang berperangai lembut dan penurut sedangkan Drakula tumbuh menjadi sosok pembangkang yang kejam. Kalau pengasuhnya memintanya ke Timur, Drakula pergi ke Barat..tak hanya membangkang.. sifat keji Drakula pun makin tampak. Salah satu hobinya di Turki adalah melihat eksekusi penjahat kelas berat yang kepalanya dipancang di alun-alun. Setiap minggu eksekusi atas penjahat kelas kakap atau pengkhianat diadakan di alun-alun..dan salah satu penontonnya adalah Drakula yang akan menyaksikan acara tersebut sampai selesai. Dan disaat senggangnya Drakula sangat suka menyiksa binatang..binatang apapun yang ada disekitarnya ia tangkap dan ditusuk seperti sate. Ia sangat puas melihat binatang-binatang tersebut menggelepar-gelepar menyongsong ajal.

Berpuluh tahun kemudian setelah peperangan Varna, terjadi konflik antara John Hunyadi dan ayah Drakula; Vlad II yang berujung pada pembunuhan Vlad II dan kakak Drakula, Mircea. John Hunyadi kemudian menunjuk keluarga Dan II sebagai penguasa Wallachia. Mendengar ini, Sultan Muhammad II mengirim Drakula bersama ribuan pasukan kembali ke Wallachia untuk merebut tahta. Sesampainya di Wallachia, pertempuranpun pecah antara pasukan Ottoman yang dipimpin Drakula dengan Pasukan Wallachia yang jumlahnya lebih banyak. Namun akhirnya Drakula memenangkan pertempuran dan merebut tahta Wallachia. Bak kacang yang lupa pada kulitnya…setelah merebut tahta, Drakula malah membantai pasukan Ottoman dengan cara yang keji..yaitu disula, yaitu ditusuk dengan kayu di bagian anus sampai tembus ke kepala..setelah kayu tersebut masuk ke tubuh korban, sula tersebut dipancang berdiri..sehingga tubuh korban yang masih hidup itu turun perlahan-lahan karena berat tubuhnya..jadi mulai kayu masuk ke anus sampai tembus ke kepala, korbannya menggelepar-gelepar merasakan sakit yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata…Drakula telah mengkhianati Ottoman dan Islam..

Drakula adalah tokoh fiksi ciptaan Bram Stoker dalam novelnya Dracula yang diterbitkan pada tahun 1897. Drakula adalah seorang vampir yang diceritakan berasal dari kota Transylvania yang berada di Rumania. Kelemahan Drakula ialah sinar matahari, benda terbuat dari perak, dan bawang putih. Tokoh ini kemungkinan terinspirasi Raja Vlad III yang memerintah Walakia pada abad ke-15 dengan tangan besi.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Sejarah Drakula (Vlad Tsepes III)
* 2 Riwayat Drakula
* 3 Awal Kekuasaan Drakula
* 4 Awal Kekejaman Drakula
* 5 Serangan Tengah Malam (The Night Attack)
* 6 Kematian Drakula

[sunting] Sejarah Drakula (Vlad Tsepes III)

Selama Perang Salib, Wallachia menjadi rebutan antara kerajaan Hungaraia dan Turki Ottoman, pada masa Vlad II berkuasa di Wallachia, Vlad II mempunyai tiga orang anak, Mircea, Drakula, dan Randu, Vlad II memihak kerajaan Hungaria. Namun setelah dilengserkan oleh Sigismund (raja dari kerajaan Hungaria) dan kemudian digantikan oleh John Hunyandi, Vlad II memihak kepada kesultanan Turki Ottoman, sebagai jaminan kesetiaannya kepada kesultanan Turki Ottoman, Vlad II mengirimkan Drakula dan Randu ke Turki.
[sunting] Riwayat Drakula

Vlad Tsepes III (1431 - 1475 Masehi) atau yang lebih populer dengan nama Drakula dilahirkan di Transylvania, Rumania. Ia merupakan anak ke-2 dari Vlad II dan Cneajna, seorang putri dari Moldavia.

Masa kecil Drakula memang tidak berlangsung lama, diusianya yang ke 11 ia harus menjadi jaminan kesetian ayahnya kepada kesultanan Turki Ottoman, ia dan adiknya Randu harus dikirim ke Turki.
[sunting] Awal Kekuasaan Drakula

Setelah perang Verna, terjadi konflik antara Vlad II dan John Hunyadi, yang berujung pada kematian Vlad II dan Mircea, kakak Drakula. Melihat perubahan politik di Wallachia tersebut, maka sultan Turki Ottoman (Mehmed II) mengirimkan Drakula pulang ke Wallachia untuk merebut tahta.

Drakula kembali ke Wallacia dengan dikawal 8000 prajurit Turki Ottoman. sesampainya di Tirgoviste (ibukota Wallachia) terjadi pertempuran antara pasukan Vlasdisav dengan pasukan Drakula, yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Drakula dan menempatkan Drakula sebagai penguasa Wallachia.
[sunting] Awal Kekejaman Drakula
Pembantai yang dilakukan Drakula

Setelah berhasil menduduki tahta, Drakula membantai prajurit Turki Ottoman yang tersisa dengan cara disula, hal tersebut menjadi salah satu penyebab permusuhan antara Drakula dan Sultan Mehmed II.

Sebagai panglima salib di Wallachia, Drakula telah membantai kurang lebih 23.000 umat Islam baik tentara maupun rakyat, dengan peperangan maupun dengan metode sula (impaler), dalam ukiran kayu Jerman abad ke-15, ada bukti kekejaman Vlad III, penyulaan massal dengan korban berjumlah ribuan. Setelah tindakan tersebut Drakula mengirimkan surat kepada raja Hungaria saat itu (Matthias Corvinus) untuk meminta dukungan dari kerajaan Hungaria untuk melawan Turki Ottoman.
[sunting] Serangan Tengah Malam (The Night Attack)

Tindakan Drakula yang membantai 23.000 tentara Turki Ottoman, membuat sultan Mehmed II menyatakan perang kepada Drakula. Pada tanggal 17 Mei 1462 M Sultan Mehmed II (sang penakluk konstatinopel) mengirimkan 60.000 tentara ditambah 30.000 tentara non reguler, sedangkan tentara Dracula mencapai 30.000 prajurit, melihat jumlah pasukan yang tidak berimbang, Drakula melakukan strategi perang gerilya.

Pada serangan tengah malam pasukan Drakula yang berkekuatan 10.000 orang berhasil mendesak pasukan Turki Ottoman, tetapi dapat dipukul mundur pada saat fajar tiba, atas kekalahan tersebut pasukan Drakula mundur ke benteng Poenari, Drakula melarikan diri dari kepungan pasukan Turki Ottoman yang dipimpin oleh Randu (adik kandung Drakula)ke Hungaria, dengan demikian, Randu dengan mudah merebut benteng Poenari dan merebut tahta Wallachia.
[sunting] Kematian Drakula

Pada Desember 1476 Terjadi pertempuran antara pasukan salib dengan dengan pasukan muslim (Turki Ottoman) yang terjadi di daerah Snagov, dalam pertempuran tersebut pasukan Drakula dapat dikalahkan, dan Drakula (Vlad III) tewas dalam pertempuran tersebut, kepalanya dipenggal dan dibawa ke Turki sebagai bukti kematiannya.